Oleh : Ir. Yohanis Ano*)
Siswi di Bali Membuat Banten: Menjaga Tradisi Sekaligus Menunaikan Kewajiban Agama |
Seseorang yang nakal, tidak sopan, tidak
disiplin, malas, suka berbohong, tidak konsisten dan lain-lain saat ini
disinyalir oleh banyak orang baik masyarakat maupun lembaga sebagai kurangnya
pendidikan karakter (budi pekerti = etika?). Secara sederhana pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan sebagai upaya untuk merubah
tingkah laku seseorang/sesuatu ke arah yang lebih baik. Negara Indonesia
disebut-sebut dalam berbagai media masa sebagai salah satu negara terkorup,
membuat semua pihak perorangan maupun lembaga mencari-cari apa penyebabnya.
Dari perburuan sebab musabab seseorang melakukan korupsi yang terutama adalah kurangnya pendidikan
karakter bangsa.
Apa sebenarnya karakter itu? Karakter adalah
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budipekerti yang menjadi ciri khas seseorang
(Kamus Lengkap Besar Bahasa Indonesia ,
Media Centre, hal. 291). Karakter sering disebut watak yaitu sikap batin
manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku (Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Depdiknas, Balai Pustaka, Jakarta ,
2001, hal.1270). Karakter baru akan muncul ketika seseorang berhadapan dengan
suatu masalah seperti yang dikatakan oleh Rick Warren: karakter tersingkap
dalam sebuah krisis, bukan dibuat saat krisis. Karakter terbentuk dari hari ke
hari, lewat perkara-perkara biasa dalam kehidupan (God’s Answers To Lives
Difficult Questions.2007, hal. 92. METANOIA Publising Jakarta).
Karakter
memang tersembunyi didalam diri seseorang sampai orang tersebut berbuat sesuatu
yang nyata, berbuat sesuatu