Pura Pasatan awalnya merupakan
pura fungsional yang tepatnya berada di Dusun Pasatan Desa Pohsanten Kecamatan
Mendoyo, yang ber-odalan pada Buda Umanis Julungwangi, dan dewa yang dipuja
adalah Siwa.
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa keberadaan Pura Pasatan tidak terlepas dari kejadian yang
pernah menimpa krama Subak Pecelengan. Diceritakan pada suatu masa, krama subak
tersebut tidak pernah mendapatkan hasil pertanian. Krama subak lalu
melaksanakan persembahyangan dengan kusuk. Dari persembahyangan itulah krama
subak mendapatkan pawisik agar pergi ke hutan utara yang di atas bukit ada batu
besar diapit pohon plawa dan andong. Disarankan agar di sana melakukan pemujaan
dan permohonan oleh masyarakat pengayom pura itu. Tempat itu kemudian disakralkan
dan diabadikan sebagai tempat suci.
Seiring perkembangan jaman dan perjalanan
sang waktu, pura itu disungsung oleh masyarakat Desa Pohsanten.
Pura Pasatan terdiri dari dua
halaman sekaligus sebagai strutur palemahan, yaitu utama mandala dan nista mandala.
Semua pelinggih Pura Pasatan
terletak di areal utama mandala. Hanya satu pelinggih yang ada di luar tepatnya
di sebelah timur areal utama, yaitu kawitan Pura Pasatan. Pada areal utama
mandala terdapat delapan pelinggih. Pelinggih uatama adalah pelinggih stana Ida
Bhatari Ulun Danu (Ida Ayu Mesari Tedung Jagat). Fungsi utama dari Pura Pasatan
adalah sebagai tempat pemujaan krama subak untuk memohon anugerah Ida Sang
Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatari Ulun Danu.
Pura Pasatan juga berfungsi
sebagai media penerapan sradha dan pendidikan agama Hindu yang meliputi
pendidikan tatwa, etika dan upacara. Pura Pasatan diambil dari mithologi
keberadaan pohon andong dan plawa, mengandung makna dari kata “anda” artinya
tongkat dan “ong” / ”om” diartikan sebagai aksara suci Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Sedangkan “pla” artinya pinget (tanda) dan “wa” artinya orang tua dan
merupakan huruf suci dari dari Dewa Sambu (manifestasi Siwa Kalpa di timur
laut).
Keberadaan batu besar yang
diapit pohon andong dan plawa oleh umat Hindu dikenal sebagai simbol bhuana
agung (jagat raya) yang dikaitkan dengan fungsi Pura Pasatan yang berkembang
sebagai penyungsungan dan penyucian jagat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar