Jumat, 07 Juni 2013

Pura Pasatan, Dari Mitologi Pohon Andong dan Plawa

Pura Pasatan awalnya merupakan pura fungsional yang tepatnya berada di Dusun Pasatan Desa Pohsanten Kecamatan Mendoyo, yang ber-odalan pada Buda Umanis Julungwangi, dan dewa yang dipuja adalah Siwa.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa keberadaan Pura Pasatan tidak terlepas dari kejadian yang pernah menimpa krama Subak Pecelengan. Diceritakan pada suatu masa, krama subak tersebut tidak pernah mendapatkan hasil pertanian. Krama subak lalu melaksanakan persembahyangan dengan kusuk. Dari persembahyangan itulah krama subak mendapatkan pawisik agar pergi ke hutan utara yang di atas bukit ada batu besar diapit pohon plawa dan andong. Disarankan agar di sana melakukan pemujaan dan permohonan oleh masyarakat pengayom pura itu. Tempat itu kemudian disakralkan dan diabadikan sebagai tempat suci.
Seiring perkembangan jaman dan perjalanan sang waktu, pura itu disungsung oleh masyarakat Desa Pohsanten.

Pura Pasatan terdiri dari dua halaman sekaligus sebagai strutur palemahan, yaitu utama mandala dan nista mandala.

Semua pelinggih Pura Pasatan terletak di areal utama mandala. Hanya satu pelinggih yang ada di luar tepatnya di sebelah timur areal utama, yaitu kawitan Pura Pasatan. Pada areal utama mandala terdapat delapan pelinggih. Pelinggih uatama adalah pelinggih stana Ida Bhatari Ulun Danu (Ida Ayu Mesari Tedung Jagat). Fungsi utama dari Pura Pasatan adalah sebagai tempat pemujaan krama subak untuk memohon anugerah Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatari Ulun Danu.

Pura Pasatan juga berfungsi sebagai media penerapan sradha dan pendidikan agama Hindu yang meliputi pendidikan tatwa, etika dan upacara. Pura Pasatan diambil dari mithologi keberadaan pohon andong dan plawa, mengandung makna dari kata “anda” artinya tongkat dan “ong” / ”om” diartikan sebagai aksara suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sedangkan “pla” artinya pinget (tanda) dan “wa” artinya orang tua dan merupakan huruf suci dari dari Dewa Sambu (manifestasi Siwa Kalpa di timur laut).

Keberadaan batu besar yang diapit pohon andong dan plawa oleh umat Hindu dikenal sebagai simbol bhuana agung (jagat raya) yang dikaitkan dengan fungsi Pura Pasatan yang berkembang sebagai penyungsungan dan penyucian jagat.

Penulis: I Putu Ari Cahyana P

Tidak ada komentar: