Jumat, 07 Juni 2013

Pendidikan Karakter Bangsa

Oleh : Ir. Yohanis  Ano*)

Siswi di Bali Membuat Banten:
Menjaga Tradisi Sekaligus
Menunaikan Kewajiban Agama
Seseorang yang nakal, tidak sopan, tidak disiplin, malas, suka berbohong, tidak konsisten dan lain-lain saat ini disinyalir oleh banyak orang baik masyarakat maupun lembaga sebagai kurangnya pendidikan karakter (budi pekerti = etika?). Secara sederhana pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan sebagai upaya untuk merubah tingkah laku seseorang/sesuatu ke arah yang lebih baik. Negara Indonesia disebut-sebut dalam berbagai media masa sebagai salah satu negara terkorup, membuat semua pihak perorangan maupun lembaga mencari-cari apa penyebabnya. Dari perburuan sebab musabab seseorang melakukan korupsi  yang terutama adalah kurangnya pendidikan karakter bangsa.

Apa sebenarnya karakter itu? Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budipekerti yang menjadi ciri khas seseorang (Kamus Lengkap  Besar Bahasa Indonesia, Media Centre, hal. 291). Karakter sering disebut watak yaitu sikap batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Depdiknas, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hal.1270). Karakter baru akan muncul ketika seseorang berhadapan dengan suatu masalah seperti yang dikatakan oleh Rick Warren: karakter tersingkap dalam sebuah krisis, bukan dibuat saat krisis. Karakter terbentuk dari hari ke hari, lewat perkara-perkara biasa dalam kehidupan (God’s Answers To Lives Difficult Questions.2007, hal. 92. METANOIA Publising Jakarta).

 Karakter memang tersembunyi didalam diri seseorang sampai orang tersebut berbuat sesuatu yang nyata, berbuat sesuatu
yang tidak baik misalnya mencuri atau korupsi atau berbuat sesuatu yang baik sebelumnya tidak akan terlihat. Bila sudah terjadi baru diketahui, misalnya mencuri, oh orang ini mencuri apalagi dilakukan secara berulangkali, bahkan ada teman dekat orang bersangkutan mungkin akan mengatakan, sebelumnya tidak pernah terlihat kalau teman saya harus seperti ini. Atau bila seseorang memiliki sebuah karakter yang baik misalnya rendah hati, baru akan terasa setelah terjadi komunikasi secara dekat dengan orang tersebut.

Karakter sangat berhubungan erat dengan tumbuhkembang seseorang sejak dari dalam kandungan seorang ibu, mulai terbentuk dari kebiasaan seorang ibu  dalam kehidupannya sepanjang mengandung si bayi, setelah dilahirkan ke dunia  sampai seseorang tutup usia alias kembali ke pangkuan Sang Khalik. Karena itu  pendidikan karakter ini harus dimulai sedini mungkin dari setiap rumah tangga keluarga dan harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus (kontinue), karena pembinaan yang dilakukan di dalam keluarga inilah yang pada akhirnya akan terakumulasi membentuk karakter seseorang dan akan terus terbawa dalam lingkungan selanjutnya baik di lembaga pendidikan/sekolah maupun pada saat ia bekerja di instansi pemerintah maupun lembaga swasta.(Bersambung)

Tidak ada komentar: